Pesta demokrasi untuk memilih wakil rakyat usai sudah. Semua media nasional dipenuhi dengan berita tentang hasil quick count dari lembaga survey dan real countdari KPU. Ada yang senang dengan hasil yang diperoleh, tetapi tidak sedikit yang kecewa. Semoga bagi para Caleg yang telah mengumbar janji manis saat kampanye, dan sekarang terpilih, mudah-mudahan tidak melupakan janji-janjinya.
Berbicara masalah kepemimpinan, ada pelajaran menarik dari seorang sahabat yang telah mendapat jaminan surga, dan merupakan sahabat kebanggaan Rasulallah Muhammad SAW, beliau adalah sahabat Abu Bakar ash-Shidiq. Ketika beliau dilantik menjadi pemimpin, beliau berpidato di depan rakyatnya.
” Saudara-saudara, aku dipilih menjadi pemimpin bukan karena aku terbaik diantara kalian. Bantulah aku jika aku berbuat baik dan luruskan aku jika berbuat salah. Sifat jujur adalah amanah dan kebohongan adalah khianat. ‘Orang lemah’ diantara kalian aku pandang kuat posisinya disisiku dan aku akan melindungi hak-haknya. ‘Orang kuat’ diantara kalian aku pandang lemah posisinya disisiku. Aku akan mengambil hak-hak yang mereka peroleh dengan jalan zalim untuk kemudian dikembalikan kepada yang berhak. Janganlah meningalkan jihad, sebab Allah akan menimpakan kehinaan kepada kaum yang meinggalkan jihad. Patuhlah kepadaku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Dan janganlah mematuhiku jika aku durhaka kepada Allha dan Rasul-Nya. Kini marilah mendirikan Shalat. Semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua”.
Kalimat diatas adalah pidato kenegaraan pertama Abu Bakar saat di bai’at menjadi pemimpin. Ada beberapa poin penting dari isi pidato tersebut yang dapat kita ambil pelajaran berkenaan dengan sifat seorang pemimpin.
Pertama, sifat rendah hati. Abu bakar mengakui dirinya bukanlah orang yang terbaik. Karena itulah ia bisa menerima kritikan. Pengakuan akan kelemahan diri merupakan syarat untuk menerima kritik.
Pertama, sifat rendah hati. Abu bakar mengakui dirinya bukanlah orang yang terbaik. Karena itulah ia bisa menerima kritikan. Pengakuan akan kelemahan diri merupakan syarat untuk menerima kritik.
Kedua, jujur memegang amanah. Kejujuran pemimpin akan menarik simpati rakyat. Sementara konsisten memegang amanah merupakan kunci kemajuan dan kemakmuran sebuah negeri.
Ketiga, berlaku adil. Islam meletakan soal penegakan keadilan sebagai sikap yang esensial. Bahkan dinyatakan dalam sebuah ayat, bahwa berlaku adil lebih dekat dengan taqwa. Allah berfirman, “…Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat dengan takwa,” (QS Al-Maidah 5:8)
Ketiga, berlaku adil. Islam meletakan soal penegakan keadilan sebagai sikap yang esensial. Bahkan dinyatakan dalam sebuah ayat, bahwa berlaku adil lebih dekat dengan taqwa. Allah berfirman, “…Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat dengan takwa,” (QS Al-Maidah 5:8)
Keempat, tidak pupus untuk terus jihad (berjuang). Tentu makna jihad yang kontekstual saat ini adalah tidak kenal lelah dalam mengentaskan kemiskinan dan kebodohan. Pendek kata, tidak ada kamus putus asa bagi pemimpin untuk memperjuangkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. Islam pun melarang umatnya untuk berputus asa atas rahmat Allah swt (QS Yusuf 12:87).
Semoga para pemimpin kita yang saat ini telah terpilih menjadi anggota legislatif maupun nanti yang akan mencalonkan presiden dan wakil presiden, memiliki keempat sifat tadi sehingga negeri ini bisa menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Wallahu a’lam bis shawab.
Sumber: salamsuper.co
Sumber: salamsuper.co
EmoticonEmoticon