Setiap pasangan suami istri pasti menginginkan rumah tangganya bahagia, karena prinsip berumah tangga adalah mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat nanti.
Tetapi untuk dapat mewujudkan keluarga sakinah, tidak semudah membalikan telapak tangan. Karena yang namanya kehidupan selalu ada dinamika, begitu juga dalam kehidupan berkeluarga, perjalanan pasangan suami istri tidak terlepas dari rintangan, bahkan terkadang krikil-krikil kecil sering menyertai kehidupan berkeluarga.
Biarpun ada krikil-krikil dalam ber-rumah tangga. Keluarga sakinah adalah idaman bagi setiap keluarga muslim. Dan, keberhasilan atau kegagalan dalam karir seseorang banyak dipengaruhi oleh kehidupan keluarganya. Faktanya, memang demikian.
Keluarga yang sakinah merupakan cikal bakal lahirnya generasi yang berkualitas, mandiri, memiliki ketahanan mental dan spiritual yang kokoh, pada gilirannya akan terwujud masyarakat dan bangsa yang maju, cerdas dan beradab.
Namun untuk mewujudkan keluarga sakinah, tidak semudah membalikan telapak tangan. Akan ada dinamika kehidupan dalam berkeluarga, terkadang perjalanan pasangan suami istri tidak terlepas dari rintangan, bahkan terkadang krikil-krikil kecil sering menyertai kehidupan berkeluarga.
Untuk mewujudkan keluarga yang sakinah perlu adanya upaya dan tekad yang kuat dari masing-masing pasangan, saling menerima kekurangan dan kelemahan pasangan masing-masing. Selain itu, pengamalan terhadap ajaran agama, di mana hakikat pernikahan adalah dalam rangka melaksanakan sunatullah, memperbanyak generasi yang nantinya akan melanjutkan titah sebagai seorang khalifah di bumi Allah.
Setiap pasangan sudah pasti sangat menginginkan kebahagiaan hadir dalam bahtera kehidupan rumah berumah-tangga. Ketenangan, ketentraman, kenyamanan dan kasih sayang. Sehingga, rumah tangga yang dibina menjadi surga dunia!
Kebahagiaan merupakan pilihan dan buah dari cara berfikir dan bersikap. Rumah tangga yang bahagia, tidaklah selalu identik dengan berlimpahan materi. Lagi-lagi faktanya memang demikian. Manisnya cinta dan ketentraman rumah tangga, terjadi pada keluraga yang sederhana materi.
Islam mengajarkan kita ber-juta-juta rambu-rambu dalam membangun kelurga yang sakinah mawaddah warrahmah. Dalam satu ayat, Allah SWT berfirman, “Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumah bagimu sebagai tempat tinggal...” (QS An Nahl: 80).
Untuk mewujudkan keluarga seperti yang tersebut di atas, haruslah ber-iring sejalan, bersama-sama antara suami dan istri untuk mengekalkan cinta sejati yang merupakan anugerah dari Allah SWT.
Oleh karena itu, suami istri harus sama-sama menjaga dan menghormati ikatan perkawinan yang telah dibuat sebagai sebuah ikatan yang suci. Agar perkawinan itu menjadi kuat, maka diperlukan pengikat yang kuat pula, yaitu mawaddah dan rahmah.
Mawaddah adalah kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Mawaddah ini adalah “cinta plus”. Orang yang di dalam hatinya ada mawaddah, maka tidak akan memutuskan hubungan, seperti apa yang terjadi pada orang ‘bercinta’. Ini disebabkan hatinya begitu lapang dan kosong dari keburukan, sehingga pintu-pintunya pun tertutup untuk dimasuki keburukan.
Sedangkan rahmah adalah kondisi psikologis ketidakberdayaan. Rahmah akan menghasilkan kesabaran, murah hati, tidak cemburu buta, tidak mencari keuntungan sendiri, tidak menjadi pemarah apalagi sampai pendendam.
Kualitas mawaddah wa rahmah di dalam rumah tangga, yang dipupuk oleh pasangan suami istri sangat menentukan bagaimana kondisi rumah tangga tersebut, apakah bahagia atau tidak. Tidak ada artinya hubungan suami istri yang tidak didasarkan pada cinta dan kasih sayang. Badan berdekatan namun ruh berjauhan.
Jadi, tidak bisa kita dipungkiri bahwa istri tidak hanya membutuhkan makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan segala kebutuhan material belaka.
Tetapi istri juga sangat mengharapkan dari suami perhatian yang tulus, perkataan halus, wajah cerah sumringah, senyum ceria, senda gurau yang menyenangkan, sentuhan lembut, ciuman yang mesra serta berbagai perilaku mulia yang menyejukkan hati dan mendinginkan gundahnya, bahkan itu semua melebihi daripada kebutuhan material. Wallahua’lam
Tetapi untuk dapat mewujudkan keluarga sakinah, tidak semudah membalikan telapak tangan. Karena yang namanya kehidupan selalu ada dinamika, begitu juga dalam kehidupan berkeluarga, perjalanan pasangan suami istri tidak terlepas dari rintangan, bahkan terkadang krikil-krikil kecil sering menyertai kehidupan berkeluarga.
Biarpun ada krikil-krikil dalam ber-rumah tangga. Keluarga sakinah adalah idaman bagi setiap keluarga muslim. Dan, keberhasilan atau kegagalan dalam karir seseorang banyak dipengaruhi oleh kehidupan keluarganya. Faktanya, memang demikian.
Keluarga yang sakinah merupakan cikal bakal lahirnya generasi yang berkualitas, mandiri, memiliki ketahanan mental dan spiritual yang kokoh, pada gilirannya akan terwujud masyarakat dan bangsa yang maju, cerdas dan beradab.
Namun untuk mewujudkan keluarga sakinah, tidak semudah membalikan telapak tangan. Akan ada dinamika kehidupan dalam berkeluarga, terkadang perjalanan pasangan suami istri tidak terlepas dari rintangan, bahkan terkadang krikil-krikil kecil sering menyertai kehidupan berkeluarga.
Untuk mewujudkan keluarga yang sakinah perlu adanya upaya dan tekad yang kuat dari masing-masing pasangan, saling menerima kekurangan dan kelemahan pasangan masing-masing. Selain itu, pengamalan terhadap ajaran agama, di mana hakikat pernikahan adalah dalam rangka melaksanakan sunatullah, memperbanyak generasi yang nantinya akan melanjutkan titah sebagai seorang khalifah di bumi Allah.
Setiap pasangan sudah pasti sangat menginginkan kebahagiaan hadir dalam bahtera kehidupan rumah berumah-tangga. Ketenangan, ketentraman, kenyamanan dan kasih sayang. Sehingga, rumah tangga yang dibina menjadi surga dunia!
Kebahagiaan merupakan pilihan dan buah dari cara berfikir dan bersikap. Rumah tangga yang bahagia, tidaklah selalu identik dengan berlimpahan materi. Lagi-lagi faktanya memang demikian. Manisnya cinta dan ketentraman rumah tangga, terjadi pada keluraga yang sederhana materi.
Islam mengajarkan kita ber-juta-juta rambu-rambu dalam membangun kelurga yang sakinah mawaddah warrahmah. Dalam satu ayat, Allah SWT berfirman, “Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumah bagimu sebagai tempat tinggal...” (QS An Nahl: 80).
Untuk mewujudkan keluarga seperti yang tersebut di atas, haruslah ber-iring sejalan, bersama-sama antara suami dan istri untuk mengekalkan cinta sejati yang merupakan anugerah dari Allah SWT.
Oleh karena itu, suami istri harus sama-sama menjaga dan menghormati ikatan perkawinan yang telah dibuat sebagai sebuah ikatan yang suci. Agar perkawinan itu menjadi kuat, maka diperlukan pengikat yang kuat pula, yaitu mawaddah dan rahmah.
Mawaddah adalah kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Mawaddah ini adalah “cinta plus”. Orang yang di dalam hatinya ada mawaddah, maka tidak akan memutuskan hubungan, seperti apa yang terjadi pada orang ‘bercinta’. Ini disebabkan hatinya begitu lapang dan kosong dari keburukan, sehingga pintu-pintunya pun tertutup untuk dimasuki keburukan.
Sedangkan rahmah adalah kondisi psikologis ketidakberdayaan. Rahmah akan menghasilkan kesabaran, murah hati, tidak cemburu buta, tidak mencari keuntungan sendiri, tidak menjadi pemarah apalagi sampai pendendam.
Kualitas mawaddah wa rahmah di dalam rumah tangga, yang dipupuk oleh pasangan suami istri sangat menentukan bagaimana kondisi rumah tangga tersebut, apakah bahagia atau tidak. Tidak ada artinya hubungan suami istri yang tidak didasarkan pada cinta dan kasih sayang. Badan berdekatan namun ruh berjauhan.
Jadi, tidak bisa kita dipungkiri bahwa istri tidak hanya membutuhkan makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan segala kebutuhan material belaka.
Tetapi istri juga sangat mengharapkan dari suami perhatian yang tulus, perkataan halus, wajah cerah sumringah, senyum ceria, senda gurau yang menyenangkan, sentuhan lembut, ciuman yang mesra serta berbagai perilaku mulia yang menyejukkan hati dan mendinginkan gundahnya, bahkan itu semua melebihi daripada kebutuhan material. Wallahua’lam
EmoticonEmoticon