Ketika saya masih kelas dua sekolah dasar sekitar tahun 1973, sering ibu guru menyuruh bernyanyi kedepan. Salah satu lagu yang paling saya kagumi adalah lagu “Dari Sabang Sampai Merauke”, bahkan ketika pulang sekolah harus jalan kaki dua kilo meter tanpa sepatu, kami sering beramai-rami menyanyikan lagu itu. Kalau temen-temen pingin tahu syairnya, atau sudah lupa syair secara keseluruhan, inilah syairnya:
Dari Sabang Sampai Merauke R. Soerarjo
Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia. Indonesia tanah airku, aku berjanji padamu. Menjunjung tanah airku, tanah airku Indonesia.
Namun ketika kelas lima Sekolah Dasar yaitu sekitar tahun 1976, kami juga mulai mengangumi lagu-lagu Oma Irama, sebab waktu itu Bung Oma Irama sangat terkenal. Salah satu lagu yang saya kagumi berjudul “Yang kaya makin kaya”. Kalau temen-temen pingin tahu syairnya, atau yang sudah lupa syairnya secara keseluruhan, inilah syairnya:
Yang Kaya Makin Kaya – Rhoma Irama
Hijau merimbuni daratannya. Biru lautan di sekelilingnya. Itulah negeri Indonesia. Negeri yang subur serta kaya raya.
Seluruh harta kekayaan negara. Hanyalah untuk kemakmuran rakyatnya. Namun hatiku selalu bertanya-tanya. Mengapa kehidupan tidak merata
Yang kaya makin kaya. Yang miskin makin miskin. Yang kaya makin kaya. Yang miskin makin miskin. Negara bukan milik golongan. Dan juga bukan milik perorangan. Dari itu jangan seenaknya. Memperkaya diri membabi buta
Seluruh harta kekayaan Negara. Hanyalah untuk kemakmuran rakyatnya. Namun hatiku selalu bertanya-tanya. Mengapa kehidupan tidak merata
Yang kaya makin kaya. Yang miskin makin miskin. Yang kaya makin kaya. Yang miskin makin miskin.
Masih banyak orang hidup dalam kemiskinan. Sementara ada yang hidupnya berlebihan.
Jangan dibiarkan adanya jurang pemisah. Yang makin menganga antara miskin dan kaya. Bukankah cita-cita bangsa. Mencapai negeri makmur sentosa
Selama korupsi semakin menjadi-jadi. Jangan diharapkan adanya pemerataan. Hapuskan korupsi di segala birokrasi. Demi terciptanya kemakmuran yang merata. Bukankah cita-cita bangsa. Mencapai negeri makmur sentosa
Ketika saya sudah berkeluarga dan punya anak, tahun 2008, nonton film Laskar Pelangi di gedung film yang berbeda-beda, lebih dari empat kali. Padahal secara jujur, selama 23 tahun merantau di Bandung, baru sekali nonton film di gedung film, yaitu tahun 1986, itupun karena diberi tiket temen-temen dan dipaksa untuk menemaninya. Lagu yang paling berkesan adalah Laskar Pelangi. Kalau temen-temen pingin tahu syairnya, atau yang sudah lupa syairnya secara keseluruhan, inilah syairnya:
Laskar Pelangi – Nidji
Mimpi adalah kunci, untuk kita menaklukkan dunia, berlarilah tanpa lelah, sampai engkau meraihnya, laskar pelangi, takkan terikat waktu, bebaskan mimpimu di angkasa, warnai bintang di jiwa
Menarilah dan terus tertawa, walau dunia tak seindah surga, bersyukurlah pada Yang kuasa, cinta kita di dunia selamanya
Cinta kepada hidup, memberikan senyuman abadi, walau hidup kadang tak adil, tapi cinta lengkapi kita.
Laskar pelangi, takkan terikat waktu, jangan berhenti mewarnai, jutaan mimpi di bumi,
Menarilah dan terus tertawa, walau dunia tak seindah surga, bersyukurlah pada Yang kuasa, cinta kita di dunia .... selamanya .....
Laskar pelangi, takkan terikat waktu…
Sahabat CyberMQ
Lagu dari Sabang sampai Merauke merupakan impianku sejak kecil, ketika dulu sekolah tidak pakai sepatu jalan kaki lebih dari dua kilo meter dan sering tidak sarapan pagi. Namun ketika kelas lima Sekolah Dasar juga terngiang-ngiang ditelinga hati, bahwa yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Ketika itu, beberapa temen sering saya lihat dirumahnya setiap hari hanya makan daun singkong dan daun genjer rebus yang diambil dari pinggir sungai yang dimakan tanpa ada nasi. Kemudian setelah berkeluarga dan nonton film Laskar Pelangi, rasanya hati tergerak untuk menyemangati diri tetap punya impian dan juga menyemangati saudara-saudara yang lain, karena himpitan ekonomi menjadi tidak berani punya impian.
Berani menghadapi tantangan untuk menjelajah dari Sabang sampai Merauke, mengambil hikmah dari kehidupan yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Kemudian ditanamkan dalam hati, bahwa bangsa ini harus tetap punya impian memperbaiiki diri, mensyukuri nikmat Ilahi !!! Atau hanya memilih mengeluh tanpa ingin memperbaiki kehidupan diri dan kehidupan negeri ini. Bagaimana pendapat sahabat ???
EmoticonEmoticon