Oleh Eka Januar
Siapa
yang tidak kenal dengan Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA) sebuah
organisasi sipil yang lahir melalui kongres mahasiswa dan pemuda Aceh serantau
(KOMPAS) pada tanggal 31 Januari-3 Februari 1999 di Banda Aceh, yang juga
merupakan sebuah organisasi yang sangat eksis memperjuangkan hak-hak
rakyat Aceh melalui solusi damai dengan memperjuangkan referendum untuk Aceh,
dimana dalam aksinya SIRA pernah menggentarkan Indonesia bahkan dunia dengan
memobilisasi masa ke depan Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, yang
diperkirakan sekitar dua juta lebih, dalam gerakan politiknya.
SIRA
juga memperjuangkan agar pemerintah Indonesia dan dunia internasional mengakui
GAM sebagai sebuah gerakan yang sah di Aceh serta tidak dianggapnya GAM oleh
dunia internasional sebagai sebuah kelompok separatis atau yang dijuluki dengan
Gerakan Pengacau Keamanan (GPK).
Kini
organisasi yang diketuai oleh Muhammad Nazar tersebuat hanya tinggal kenangan
saja, pasca perjanjian MoU Helsinki antara RI-GAM, Sentral Informasi Referendum
Aceh berganti baju menjadi Partai politik yang mempunyai nama yang sama
akan tetapi kepanjangan yang berbeda yaitu, Suara Independen Rakyat Aceh
(SIRA). Pasca terjadinya transformasi politik SIRA dari gerakan sipil ke partai
politik, pengaruh SIRA menjadi berkurang, dimana dalam pemilihan legislatif
2009 Partai Sira tidak memperoleh satu kursipun ditingkat DPRA dan hanya
mendapatkan beberapa kursi di tingkat kabupaten/kota, itu pun tidak merata
diseluruh kabupaten/kota yang ada.
Dan
ini terlepas daripada intimidasi yang dilakukan oleh kelompok partai tertentu
yang tidak menginginkan Partai SIRA lahir, sehingga banyak kader Partai SIRA
mendapatkan perlakuan diskriminatif disaat pemilihan legislatif 2009. Kemudian
dalam Pemilihan Kepala Daerah 2012 yang baru saja dilakukan 9 April yang
lalu, Partai SIRA yang mendukung M. Nazar-Nova Iriansyah sebagai calon
Gubernur/Wakil Gubernur Aceh, dengan koalisi dua partai nasional yaitu PPP dan
Demokrat kembali mengalami kekalahan telak dengan menduduki posisi nomor tiga
setelah Irwandi Yusuf.
Kelemahan
SIRA
Dalam
amatan saya, ada dua kelemahan utama yang dimiliki oleh partai SIRA sehingga
dalam setiap kompetisi Partai SIRA senantiasa menduduki posisi degradasi,
yang pertama tidak adanya kekompakan secara struktural, dan ini
terlihat dari ada beberapa pengurus pusat (DPP) yang mengundurkan diri yang
didasari oleh berbagaimacam alasan yang kadang-kadang tidak rasional, dalam
sebuah organisasi, struktur kepengurusan merupakan penentu terhadap kesuksesan
sebuah organisasi, jangan harap sebuah organisasi itu akan berjaya jika
struktur organisasi tersebuat tidak kuat dan mengakar sampai kepada tingkat
yang paling bawah.
Yang kedua pengurus
yang masih muda-muda, saya disini bukan bermaksud mengatakan bahwa pengurus
muda itu tidak baik, akan tetapi dalam kepengurusan juga perlunya
keseimbangan (balance) atau minimal perlunya melibatkan orang-orang yang
berpengalaman dalam politik, salah satu kekurangan orang muda adalah masih
tingginya sifat egoisme dan terlalu bangga dengan pujian-pujian, selama
ini Partai SIRA dikenal dengan partai-nya para intelektual, karena
didalamnya kebanyakan mahasiswa dan mantan aktifis, banyak kader Partai
SIRA yang terhayut dalam julukan-julukan seperti itu.
Sehingga
tidak melakukan kerja-kerja politik lagi sebagai seorang kader, banyak kader
partai SIRA hanya pandai retorika saja, sedangkan jika mengerjakan kepada hal
yang lebih praktis mereka kurang memiliki kemampuan disebabkan pengalaman dan
pemahaman yang masih minim.
Perlunya
reformasi.
Saya
yakin banyak orang dan sesepuh SIRA yang masih mempunyai kecintaan terhadap
organisasi politik ini, minimal mereka yang pernah terlibat dalam Sentral
Informasi Referendum Aceh, mereka tidak boleh diketepikan walaupun kebanyakan
dari mereka tidak bisa lagi terlibat dalam organisasi politik misalnya karena
status mereka yang sebagai pegawai negeri sipil (PNS), akan tetapi perlu
meminta pendapat mereka karena saya yakin, cukup banyak mantan-mantan aktifis
SIRA yang hari ini kadang-kadang telah terlupakan, baik itu secara sengaja
maupun tidak disengaja. Padahal mereka mempunyai pemikiran-pemikiran yang
sangat baik dan cemerlang. Partai sira harus direformasi, kelemahan-kelemahan
yang ada selama ini harus bisa menjadi pengajaran agar nantinya mampu bersaing
dengan partai-partai yang lain.
Partai
SIRA dilahirkan bukan hanya sekedar partai politik saja, akan tetapi juga
sebagai sebuah gerakan politik, menurut saya, Partai SIRA adalah salah satu
partai yang dapat diharapkan dalam membawa Aceh kepada arah yang lebih baik,
karena salah satu tujuan lahirnya partai sira adalah untuk memperjuangkan
hak-hak politik masyarakat Aceh kepada tingkat yang lebih berrmartabat. Akan
tetapi dalam perjalannya mengalami berbagai macam dinamika politik yang membuat
Partai SIRA terseok-seok dalam arah ketidakpastian sehingga dalam pandangan
lawan dianggap sebagai sebuah partai yang tanpa arah.
Dan
yang terakhir, kepada seluruh kader dan simpatisan partai SIRA saya menghimbau,
mari bangkit dan bersatu dan tunjukkan kepada mitra politik, bahwa SIRA masih
bisa, Buktikan bahawa SIRA mempunyai mental pemenang dan bukan pecundang…..wallahu`alambissawab.
[Penulis
adalah Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Sains Politik Universiti Kebangsaan
Malaysia (UKM)]
Sumber: Atjehlink.com
EmoticonEmoticon