13 Okt 2013

Demi Politik dan Materi, Peninggalan Nabi-pun Punah

Dalam Al-Quran, Allah SWT menganjurkan membaca dan menulis. Ayat pertama kali diturunkan merupakan perintah membaca (belajar, menganalisa, meneliti). Kejadian-kejadian yang dikisahkan oleh Al-Quran terkait dengan nabi-nabi terdahulu tidak lepas dari Jazirah Arab secara umum. Yaman, Syam (Syiria), Mesir, Palestina, Jordan, Libanon adalah negeri pada Nabi dan utusan Allah SWT. 

Sebagian tempat yang dikisahkan dalam kitab suci Al-Quran sudah bisa ditemukan dan sebagian lagi masih terus di telaah, teliti. Penelitian demi penelitian terus dilakukan, sekaligus menjadi bukti nyata kebenaran Al-Quran sebagai kitab suci sepanjang jaman.


Namun seiring dengan perkembangan waktu,  peninggalan-peninggan yang terkait langsung dengan Rasulullah SAW mulai sirna. Tempat kelahiran Rasulullah SAW, masa kecil dan pertumbuhan, rumah tangga Nabi SAW bersama Khadijah ra.  


Darul Arqam tempat Nabi SAW berdakwah, serta tempat Nabi SAW menerima Wahyu, Jabal Tsur, Masjid Jin, Masji Sajarah, Masjid Rayah, serta tempat Nabi SAW mandi ketika memasuki Makkah.  Sumur Ji’ronah, Sumur Zam-zam, Tanim, sedikit demi sedikit mulai sirna. Bukan hanya di peninggalan-peninggalan Nabi SAW di Makkah. Ternyata peninggalan Nabi SAW di Madinah juga sirna tanpa bekas.


Bagi generasi penerus akan kesulitan menemukan jejak-jejak yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW sebagaimana dalam hadis-hadis shahih. Hadis dan juga kitab suci Al-Quran memerintahkan untuk mencatat perihal data-data penting. Secara tersirat, QS Al-Baqarah (2:282)282 menjelaskan:’’ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah (jual beli) tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.


Memang ayat ini perintah untuk menulis hal-hal yang terkait langsung dengan muamalah (seperti berjualbeli, hutang piutang, atau sewa menyewa dan sebagainya). Tetapi, bukankan data-data yang disebutkan oleh Rasulullah SAW, dan juga kitab suci Al-Quran juga tidak kalah penting dengan jual beli? Karena itu terkait langsung dengan Rasulullah SAW secara pribada dan Islam secara umum.


Bagi orang Arab, khususnya orang makkah, mungkin tempat-tempat kelahiran Nabi SAW, kediaman serta terkait langsung dengan Nabi SAW tidak penting. Tetapi, bagi yang warga muslim dunia, mereka akan meraba-raba, seputar jejak Rasulullah SAW ditanah suci Nabi dan tanah suci Makkah. Jika jejak peninggalan itu berubah menjadi hotel, serta pertokoan. Maka, nilainya jauh lebih rendah dibandingkan dengan peninggalan Rasulullah SAW. 


Apalagi, alasan yang dikemukan kadang sangat tidak logis, seperti; takut pada kesyirikan. Padahal, dibalik alasan itu ada tujuan pragmatis dan politik (keuntungan finansial dan melanggengkan kekuasaan). Peninggalan-peninggalan itu tidak harus dihilangkan dan dimusnahkan. Seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, serta kediaman beliau SAW. Karena masalah perluasan Masjidilharam, serta hotel-hotel mewah disepanjang jalan Ibrahim Khalil, Misfalah, serta disekitar Masjidilharam menyimpan peninggalan yang begitu banyak.



Khalifah, Abu Bakar, Umar, Usman, Ali Ibn Ibn Thalib, Abdullah Ibn Zubair, Dinasti Umayah, dinasti Abbasiyah, dinasti Usmaniyah, serta pemerintah sebelum Arab Saudi tidak pernah memusnahkan peninggalan-peninggal bersejarah yang terkait lansgung dengan Rasulullah SAW. Kecuali Arab Saudi yang nyata-nyata memporak-porandakan peninggalan-peninggan Rasulullah SAW ditanah suci.


Beberapa tempat berserjarah yang terancam punah, sebagaimana yang dilansir beberapa media internasional menunjukkan aktivitas pengerukan tanah di sebalah timur Ka’bah. Jejeran eskavator melubangi lahan dan membumihanguskan beberapa situs-situs bersejarah umat Islam.


Di antara yang terancam punah ialah:


1. Tempat Rasul Muhammad mengawali perjalanan Isra’ Mi’raj (620 M).


2. Situs lain yang ikut dihancurkan adalah kolom peninggalan Dinasti Ottoman dan Dinasti Abbasiyah. 


Di tempat-tempat tersebut, dikatakan menyimpan segudang peninggalan kejayaan Islam berupa dokumentasi kaligrafi (seni menulis ayat-ayat suci Al-quran) tertua di dunia. Tempat-tempat yang babak belur itu juga mengandung sejarah bagi masa Khulafaur Rasyidin (632 – 661 M).


Diakui atau tidak, pembannguan yang begitu genjar yang dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi semata-mata untuk kepentingan duniawi. Arab Saudi yang notabene paling anti terhadap peninggalan-peninggalan bersejarah memang sengajar menghapus peninggalan sejarah. Alasan yang paling sering dikemukanan adalah takut jatuh pada tindakan syirik (menyekutukan Allah SWT). 


Padahal, dibalik pembangunan itu ada tujuan utama yaitu politik pragmatis dan profit oriented.  Puluhan hotel mewah yang dibanguan itu akan mendatangan keuntungan yang sebesar-besarnya. Dalam catatan sejarah, makam manusia tersuci bagi Umat Islam Rasulullah SAW, pernah terancam akan dibongkar untuk tujuan serupa.


Direktur Islamic Heritage Research Foundation,  Irfan al-Alawi, mengatakan Kerajaan Saudi melakukan kecerobohan dalam pembangunan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Perluasan kawasan semestinya tidak menjadikan situs-situs sejarah tersebut sebagai objek penghancuran (www.republika.co.id)  Kata dia, penghancuran tiga situs penting Umat Islam kali ini adalah langkah signifikan menuju penghancuran situs-situs Islam berikutnya. Al-Alawi menuding Kerajaan Saudi sedang menghapus catatan sejarah Umat Muslim.


Kritikus sejarah peradaban Islam lainnya mengatakan, penghancuran situs-situs Islam adalah penghinaan. Press Television menggolongkan aktivitas penghancuran tersebut sebagai bagian dari agenda terselubung untuk menghilangkan rekam sejarah agama. (wisatahaji)

Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.


EmoticonEmoticon