PERUBAHAN di negeri ini dimotori kaum muda. Itu fakta sejarah yang tidak terbantahkan. Soekarno-Hatta menjadi proklamator kemudian menjabat presiden dan wakil presiden dalam usia tergolong muda, 40-an tahun. Keduanya presiden dan wapres termuda sepanjang sejarah.
Ada perbedaan mendasar antara kaum muda zaman pergerakan dan kini. Dahulu kaum muda menjadi pelopor perubahan dan mereka sendiri yang tampil sebagai pemimpin bangsa. Pada masa kini, kaum muda menjadi lokomotif perubahan saat era reformasi, tetapi bukan mereka yang tampil memimpin bangsa ini.
Rakyat merindukan, sangat merindukan, penampilan kaum muda sebagai pelopor perubahan sekaligus tampil sebagai pemimpin. Akan tetapi, harus jujur diakui, kaum tua masih doyan memimpin. Tidak heran, misalnya, calon presiden yang muncul di permukaan saat ini disebut 4L, lu lagi lu lagi.
Dikhawatirkan yang sedang terjadi saat ini ialah kemacetan regenerasi pemimpin bangsa. Sirkulasi elite hanya berputar-putar di situ-situ saja, pada lingkaran umur jelang atau pensiunan. Kemacetan itu harus segera diurai dengan mendorong kaum muda.
Peluang kaum muda tampil memimpin masih terbuka lebar. Jika di level nasional peluang nyaris tertutup rapat akibat kaum tua yang tidak tahu diri, kaum muda hendaknya berani bertarung dalam pemilihan kepala daerah. Kesuksesan kaum muda memimpin daerah hendaknya menjadi tiket untuk memimpin bangsa ini.
Pemilihan Gubernur (Pilgub) Lampung yang rencananya digelar tahun ini mestinya dimanfaatkan oleh kaum muda. Lampung hendaknya menjadi pelopor sekaligus contoh regenerasi kepemimpinan.
Regenerasi kepemimpinan daerah membutuhkan dua syarat. Pertama, ada kesediaan kaum tua untuk membentangkan karpet merah kepada kaum muda agar berkiprah dalam pemilihan kepala daerah. Regenerasi harus dipersiapkan dengan penuh kesadaran, bukan datang dengan sendirinya.
Syarat kedua ialah kaum muda harus berani tampil, jangan malu-malu tapi mau, untuk mengambil alih estafet kepemimpinan daerah ini. Kaum harus berani membuktikan bahwa kepemimpinan mereka jauh lebih baik daripada kaum tua berusia kala senja.
Penampilan kaum muda dalam bursa calon gubernur Lampung harus diberi apresiasi yang tinggi. Fakta inilah yang bisa menjadi inspirasi untuk kepemimpinan nasional. Sejujurnya dikatakan bahwa Lampung telah mengajari nasional dalam hal regenerasi.
Sejauh ini ada 14 orang yang masuk bursa calon gubernur, baik yang berjuang lewat jalur independen maupun menyewa perahu partai. Dilihat dari usia, ada satu calon berusia di bawah 40 tahun. Dua calon dalam rentang usia 40 hingga 49, sembilan calon berusia antara 50 dan 59, serta dua calon berusia di atas 60 tahun.
Rakyat berharap kaum muda yang tampil ke tampuk kepemimpinan daerah ialah mereka yang jujur, bersih, santun, idealis, dan kesatria. Bukan anak muda yang doyan korupsi. Yakinlah, rakyat sudah cerdas memilih.
Padli Ramdan
Wartawan Lampung Post
Ada perbedaan mendasar antara kaum muda zaman pergerakan dan kini. Dahulu kaum muda menjadi pelopor perubahan dan mereka sendiri yang tampil sebagai pemimpin bangsa. Pada masa kini, kaum muda menjadi lokomotif perubahan saat era reformasi, tetapi bukan mereka yang tampil memimpin bangsa ini.
Rakyat merindukan, sangat merindukan, penampilan kaum muda sebagai pelopor perubahan sekaligus tampil sebagai pemimpin. Akan tetapi, harus jujur diakui, kaum tua masih doyan memimpin. Tidak heran, misalnya, calon presiden yang muncul di permukaan saat ini disebut 4L, lu lagi lu lagi.
Dikhawatirkan yang sedang terjadi saat ini ialah kemacetan regenerasi pemimpin bangsa. Sirkulasi elite hanya berputar-putar di situ-situ saja, pada lingkaran umur jelang atau pensiunan. Kemacetan itu harus segera diurai dengan mendorong kaum muda.
Peluang kaum muda tampil memimpin masih terbuka lebar. Jika di level nasional peluang nyaris tertutup rapat akibat kaum tua yang tidak tahu diri, kaum muda hendaknya berani bertarung dalam pemilihan kepala daerah. Kesuksesan kaum muda memimpin daerah hendaknya menjadi tiket untuk memimpin bangsa ini.
Pemilihan Gubernur (Pilgub) Lampung yang rencananya digelar tahun ini mestinya dimanfaatkan oleh kaum muda. Lampung hendaknya menjadi pelopor sekaligus contoh regenerasi kepemimpinan.
Regenerasi kepemimpinan daerah membutuhkan dua syarat. Pertama, ada kesediaan kaum tua untuk membentangkan karpet merah kepada kaum muda agar berkiprah dalam pemilihan kepala daerah. Regenerasi harus dipersiapkan dengan penuh kesadaran, bukan datang dengan sendirinya.
Syarat kedua ialah kaum muda harus berani tampil, jangan malu-malu tapi mau, untuk mengambil alih estafet kepemimpinan daerah ini. Kaum harus berani membuktikan bahwa kepemimpinan mereka jauh lebih baik daripada kaum tua berusia kala senja.
Penampilan kaum muda dalam bursa calon gubernur Lampung harus diberi apresiasi yang tinggi. Fakta inilah yang bisa menjadi inspirasi untuk kepemimpinan nasional. Sejujurnya dikatakan bahwa Lampung telah mengajari nasional dalam hal regenerasi.
Sejauh ini ada 14 orang yang masuk bursa calon gubernur, baik yang berjuang lewat jalur independen maupun menyewa perahu partai. Dilihat dari usia, ada satu calon berusia di bawah 40 tahun. Dua calon dalam rentang usia 40 hingga 49, sembilan calon berusia antara 50 dan 59, serta dua calon berusia di atas 60 tahun.
Rakyat berharap kaum muda yang tampil ke tampuk kepemimpinan daerah ialah mereka yang jujur, bersih, santun, idealis, dan kesatria. Bukan anak muda yang doyan korupsi. Yakinlah, rakyat sudah cerdas memilih.
Padli Ramdan
Wartawan Lampung Post
EmoticonEmoticon