Banda Aceh -- Gedung hijau itu terlihat megah dan dipadati orang. Di areal parkir, kendaraan beroda dua dan beroda empat tersusun rapi. Seorang petugas keamaan di sana tampak sibuk mengurusi posisi parkir kendaraan. Gedung yang terletak di Jl. Tgk.H.Mohd.Daud Beureuh No. 24, Banda Aceh, adalah Kantor Pusat Bank Aceh. Para nasabah lalu-lalang di dalam gedung itu.
The Globe Journal menyambangi Pusat Operasional Bank Aceh untuk kesekian kali. Di lantai tiga, tepatnya di hadapan ruang Direktur Bank Aceh, seorang sekertaris mencatat setiap tamu yang ingin menjumpai sang direktur.
*****
Berdasarkan Laporan Publikasi Keuangan Bank Aceh per 30 September 2013, Bank Aceh terlihat murung dengan laba yang menurun. Tabungan yang anjlok, kredit macet meningkat, dan rasio efisiensi (Bopo) meningkat. Kuat dugaan amburadulnya Bank Aceh disebabkan karena tidak adanya Direksi yang lengkap selama satu tahun belakangan ini.
Sumber The Globe Journal menyebutkan aset Bank Aceh yang meningkat perlu dipertanyakan lagi. Sebab, menurutnya, dari Rp 13.487.270.000.000 menjadi Rp 17.840.237.000.000, ada dana Pemerintah Aceh yang bersifat kewajiban segera, yang masih ditimbun di Bank Aceh.
“Ada kantor-kantor yang simpan uang dalam jumlah besar di sana. Kelompok kewajiban segera. Jadi, misalnya tender sudah jalan, uang itu bisa ditarik kapan pun. Peningkatan aset itu terkesan semu,” sebutnya.
Laba Bank Aceh per September 2012-2013 menurun, yakni dari Rp 299.916.000.000 menjadi Rp 257.303.000.000. Keuntungan Bank Aceh anjlok Rp. 42,6 milyar selama posisi Direksi banyak yang kosong di 2012-2013.
NPL Gross (kredit macet/kredit bermasalah) juga meningkat dari 3.94 menjadi 4,06 persen. Jumlah tabungan menurun dari Rp 3.316.705 000.000 menjadi Rp 2.742.802.000.000.
Menanggapi keadaan Bank Aceh, Ketua DPR Aceh, Hasbi Abdullah, mengatakan bahwa pihaknya akan mendesak Gubernur Aceh untuk segera merekrut direksi yang lengkap.
“Direksi itu kan mesti melewati fit dan proper tes dari Gubernur. Baru Gubernur ke BI. Kami selaku Dewan Perwakilan Rakyat, yang juga pengawas, akan segera mendesak Gubernur Aceh untuk segera merekrut direksi Bank Aceh yang lengkap,” kata dia, Kamis (29/11/2013) kemarin.
Menurut Hasbi, kuat dugaan kemerosotan Bank Aceh disebabkan karena direksi Bank Aceh yang tidak lengkap. “Karena direksi tidak lengkap makanya terjadi seperti itu,” ujarnya.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Aceh, Muhammad Seto Pranoto, kepada The Globe Journal, Jum'at (22/11/2013) lalu, mengatakan, keadaan Bank Aceh memang menarik untuk dibahas. Seto terlihat sangat berhati-hati ketika berkomentar.
“Bank itu menghimpun dana dari masyarakat, ada tabungan, deposito, giro, dan sebagainya. Kalau Bank Pemerintah Daerah ya dana Pemerintah Daerah. Jadi sebetulnya dana masyarakat juga. Ketika dia (Bank Aceh, red) memberikan kredit, dana-dana itu kan harus dibayar. Nah, ketika memberikan kredit kan ada resiko.”
Menurut Seto, Account Officer (petugas perhitungan rekening) mesti lebih professional. “Kualitas AO harus ditingkatkan. Banyak faktor lainnya lagi itu,” kata dia.
Direktur Bank Aceh, Busra Abdullah, yang ditemui di lantai tiga Kantor Pusat Bank Aceh, menolak menemui The Globe Journal. Setelah berkali-kali menentukan waktu untuk wawancara, baik itu via telpon maupun via sekertarisnya.
"Maaf, Bapak mau pulang terus. Tidak mau diwawancara," kata sekretarisnya.
Sumber: The Globe Journal
The Globe Journal menyambangi Pusat Operasional Bank Aceh untuk kesekian kali. Di lantai tiga, tepatnya di hadapan ruang Direktur Bank Aceh, seorang sekertaris mencatat setiap tamu yang ingin menjumpai sang direktur.
*****
Berdasarkan Laporan Publikasi Keuangan Bank Aceh per 30 September 2013, Bank Aceh terlihat murung dengan laba yang menurun. Tabungan yang anjlok, kredit macet meningkat, dan rasio efisiensi (Bopo) meningkat. Kuat dugaan amburadulnya Bank Aceh disebabkan karena tidak adanya Direksi yang lengkap selama satu tahun belakangan ini.
Sumber The Globe Journal menyebutkan aset Bank Aceh yang meningkat perlu dipertanyakan lagi. Sebab, menurutnya, dari Rp 13.487.270.000.000 menjadi Rp 17.840.237.000.000, ada dana Pemerintah Aceh yang bersifat kewajiban segera, yang masih ditimbun di Bank Aceh.
“Ada kantor-kantor yang simpan uang dalam jumlah besar di sana. Kelompok kewajiban segera. Jadi, misalnya tender sudah jalan, uang itu bisa ditarik kapan pun. Peningkatan aset itu terkesan semu,” sebutnya.
Laba Bank Aceh per September 2012-2013 menurun, yakni dari Rp 299.916.000.000 menjadi Rp 257.303.000.000. Keuntungan Bank Aceh anjlok Rp. 42,6 milyar selama posisi Direksi banyak yang kosong di 2012-2013.
NPL Gross (kredit macet/kredit bermasalah) juga meningkat dari 3.94 menjadi 4,06 persen. Jumlah tabungan menurun dari Rp 3.316.705 000.000 menjadi Rp 2.742.802.000.000.
Menanggapi keadaan Bank Aceh, Ketua DPR Aceh, Hasbi Abdullah, mengatakan bahwa pihaknya akan mendesak Gubernur Aceh untuk segera merekrut direksi yang lengkap.
“Direksi itu kan mesti melewati fit dan proper tes dari Gubernur. Baru Gubernur ke BI. Kami selaku Dewan Perwakilan Rakyat, yang juga pengawas, akan segera mendesak Gubernur Aceh untuk segera merekrut direksi Bank Aceh yang lengkap,” kata dia, Kamis (29/11/2013) kemarin.
Menurut Hasbi, kuat dugaan kemerosotan Bank Aceh disebabkan karena direksi Bank Aceh yang tidak lengkap. “Karena direksi tidak lengkap makanya terjadi seperti itu,” ujarnya.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Aceh, Muhammad Seto Pranoto, kepada The Globe Journal, Jum'at (22/11/2013) lalu, mengatakan, keadaan Bank Aceh memang menarik untuk dibahas. Seto terlihat sangat berhati-hati ketika berkomentar.
“Bank itu menghimpun dana dari masyarakat, ada tabungan, deposito, giro, dan sebagainya. Kalau Bank Pemerintah Daerah ya dana Pemerintah Daerah. Jadi sebetulnya dana masyarakat juga. Ketika dia (Bank Aceh, red) memberikan kredit, dana-dana itu kan harus dibayar. Nah, ketika memberikan kredit kan ada resiko.”
Menurut Seto, Account Officer (petugas perhitungan rekening) mesti lebih professional. “Kualitas AO harus ditingkatkan. Banyak faktor lainnya lagi itu,” kata dia.
Direktur Bank Aceh, Busra Abdullah, yang ditemui di lantai tiga Kantor Pusat Bank Aceh, menolak menemui The Globe Journal. Setelah berkali-kali menentukan waktu untuk wawancara, baik itu via telpon maupun via sekertarisnya.
"Maaf, Bapak mau pulang terus. Tidak mau diwawancara," kata sekretarisnya.
Sumber: The Globe Journal
EmoticonEmoticon