ANDA ACEH - Kalangan ulama dayah di Aceh mendorong semua pihak di Aceh untuk berpikir jernih dalam menyikapi setiap persoalan umat, termasuk hal yang terkait dengan bendera dan lambang Aceh. Ulama mengingatkan agar bendera dan lambang provinsi ini harus bisa menyatukan umat dan diterima oleh semua elemen masyarakat Aceh.
Harapan itu diutarakan Pemimpin Dayah Babussalam Al-Aziziyah, Jeunieb, Kabupaten Bireuen, Tgk H M Yusuf A Wahab, menjawab pertanyaan wartawan dalam pengajian Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kopi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh, Rabu (10/4) malam.
Dalam pengajian yang dimoderatori dosen IAIN Ar-Raniry, Hasan Basri M Nur MAg itu, Tgk M Yusuf A Wahab membahas tentang pengintegrasian nilai-nilai Islam ke dalam semua aspek kehidupan.
“Persatuan dan kesatuan umat jauh lebih bermakna dan lebih penting daripada sebuah lambang. Karenanya, semua pihak terkait di Aceh perlu condong kepada pemikiran yang substansial, bukan pola pikir yang terdorong oleh arogansi. Ini untuk semua pihak, tidak hanya yang mengusulkan (bendera dan lambang), tapi yang menolak juga jangan arogan,” ujarnya.
Ketua Nahdhatul Ulama (NU) Kabupaten Bireuen yang akrab disapa Tu Sop ini mengatakan, sikap yang mementingkan persatuan dan kesatuan umat menunjukkan kualitas iman seseorang. “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian, sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya,” ujar Tu Sop mengutip hadis Rasulullah saw yang dirawi Bukhari dan Muslim.
“Orang beriman perlu membangun islah, memperbaiki situasi. Orang beriman bukan berpikir untuk menghancurkan musuh, tapi bagaimana menghancurkan permusuhan, bukan menghancurkan lawan, tapi bagaimana menghancurkan perlawanan. Karena kalau kita berpikir memilih menghancurkan musuh atau lawan, maka akan timbul musuh-musuh atau lawan-lawan baru,” tukas Tu Sop.
Karenanya, ulama berpengaruh di Bireuen ini berharap agar pemerintah dan rakyat Aceh bisa mencarikan solusi terbaik dalam menyelesaikan persoalan bendera dan lambang yang kini mulai mengarah pada perpecahan di kalangan umat di Aceh.
Ditanya pendapatnya tentang komitmen pemimpin Aceh saat ini dalam upaya menerapkan syariat Islam secara kafah, Tgk M Yusuf menyatakan dirinya memberikan pendapat “optimis dengan catatan”. “Saya optimis (terhadap komitmen penerapan syariat Islam), dengan catatan kita tidak menyerahkan semua tanggung jawab ini kepada mereka (para pemimpin). Semua kita harus berperan untuk mendorong, membantu, dan memberi pemikiran dan solusi dalam menyelesaikan persoalan umat,” ujarnya. (nal)
Harapan itu diutarakan Pemimpin Dayah Babussalam Al-Aziziyah, Jeunieb, Kabupaten Bireuen, Tgk H M Yusuf A Wahab, menjawab pertanyaan wartawan dalam pengajian Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kopi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh, Rabu (10/4) malam.
Dalam pengajian yang dimoderatori dosen IAIN Ar-Raniry, Hasan Basri M Nur MAg itu, Tgk M Yusuf A Wahab membahas tentang pengintegrasian nilai-nilai Islam ke dalam semua aspek kehidupan.
“Persatuan dan kesatuan umat jauh lebih bermakna dan lebih penting daripada sebuah lambang. Karenanya, semua pihak terkait di Aceh perlu condong kepada pemikiran yang substansial, bukan pola pikir yang terdorong oleh arogansi. Ini untuk semua pihak, tidak hanya yang mengusulkan (bendera dan lambang), tapi yang menolak juga jangan arogan,” ujarnya.
Ketua Nahdhatul Ulama (NU) Kabupaten Bireuen yang akrab disapa Tu Sop ini mengatakan, sikap yang mementingkan persatuan dan kesatuan umat menunjukkan kualitas iman seseorang. “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian, sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya,” ujar Tu Sop mengutip hadis Rasulullah saw yang dirawi Bukhari dan Muslim.
“Orang beriman perlu membangun islah, memperbaiki situasi. Orang beriman bukan berpikir untuk menghancurkan musuh, tapi bagaimana menghancurkan permusuhan, bukan menghancurkan lawan, tapi bagaimana menghancurkan perlawanan. Karena kalau kita berpikir memilih menghancurkan musuh atau lawan, maka akan timbul musuh-musuh atau lawan-lawan baru,” tukas Tu Sop.
Karenanya, ulama berpengaruh di Bireuen ini berharap agar pemerintah dan rakyat Aceh bisa mencarikan solusi terbaik dalam menyelesaikan persoalan bendera dan lambang yang kini mulai mengarah pada perpecahan di kalangan umat di Aceh.
Ditanya pendapatnya tentang komitmen pemimpin Aceh saat ini dalam upaya menerapkan syariat Islam secara kafah, Tgk M Yusuf menyatakan dirinya memberikan pendapat “optimis dengan catatan”. “Saya optimis (terhadap komitmen penerapan syariat Islam), dengan catatan kita tidak menyerahkan semua tanggung jawab ini kepada mereka (para pemimpin). Semua kita harus berperan untuk mendorong, membantu, dan memberi pemikiran dan solusi dalam menyelesaikan persoalan umat,” ujarnya. (nal)
Editor : bakri
EmoticonEmoticon