Kuah Beulangong, Masakan Khas Aceh
|
Tradisi ini sering kita jumpai di daerah Aceh Besar dan Kota Banda Aceh. Adat menurut masyarakat Aceh harus dijalankan dan dipenuhi, selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Pepatah Aceh menyebutkan; “Matee aneuk meupat jeurat, matee adat pat tamita.”
Maksud dari pepatah ini yaitu kalau anak kita yang meninggal kita pasti tahu kuburannya dimana, sedangkan kalau adat yang mati kita tidak akan tahu harus mencarinya kemana karena adat itu bukanlah suatu benda yang berwujud.
Hukum dengan adat juga sangat saling berkaitan, seperti yang disebutkan dalam salah satu pepatah Aceh, “Hukom ngon adat, lagee zat ngon sipheuet” Maksudnya yaitu hukum dengan adat itu tidak boleh pisah, layaknya zat dengan sifat.
Lain daerah lain pula tradisi dalam memperingati keagungan bulan suci ramadhan. Di gampong Lamtemen Timur, Kota Banda Aceh, pada malam 15 ramadhan warga mengadakan kenduri khatam Al-Quran.
Warga membawa hidangan kendurinya ke menasah. Pak Keuchik, Imum Meunasah dan Imum Mesjid mengundang warga gampong tetangga untuk menikmati hidangan saat buka puasa. Kenduri ini hampir sama dengan kenduri pada saat bulan maulid, bedanya hanya diadakan pada saat bulan suci puasa.
Para pemuda dan remaja mesjid, biasanya pada malam 15 ramadhan mengadakan tadarus Al-Quran di meunasah atau mesjid. Pada saat Qurannya sudah khatam, maka diadakanlah sebuah kenduri yaitu kenduri Tamat Daruh atau Kenduri Nuzulul Quran.
Panitia bersama warga menyembelih lembu untuk dimasak dan kemudian dibagikan kepada masyarakat gampong setempat. Selain itu, kuah beulangong yang dimasak oleh warga itu juga disantap bersama-sama di Meunasah, mulai dari tamu undangan, anak-anak hingga orang dewasa.
Kuah beulangong adalah daging lembu dan buah nangka yang dimasak dalam belanga berukuran besar. Jumlah belanga, biasanya sampai 20 belanga. Daging lembu ini dimasak dengan racikan bumbu khas masyarakat Aceh Besar.
Menurut Iskandar, salah satu tokoh gampong Lamtemen Timur, tradisi ini sudah turun temurun dilaksanakan pada setiap bulan suci ramadhan, bertepatan dengan memperingati malam Nuzulul Quran. Tradisi masak kuah beulangong sampai saat ini masih tetap dijaga dan dipertahankan oleh masyarakat.
"Ini sudah berlangsung sejak dulu dan secara terus menerus dilakukan setiap tahun. Kegiatan ini juga dapat mempererat tali silaturrahmi sesama warga" ujarnya. (*)
EmoticonEmoticon