Jakarta, News Desa -- Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, mengatakan era reformasi adalah era yang tidak lagi mengedepankan pendekatan aturan dalam menjalankan roda politik dan pemerintahan. Reformasi tak lebih dari era yang cenderung ke arah politik pencitraan.
"Akibatnya, semua ingin menjadi presiden di negeri ini," ujar Paloh saat menjadi pembicara dalam seminar "Tantangan Kepemimpinan Menjadi Bangsa Pemenang" di kampus Universitas Indonesia, Selemba, Jakarta pusat, Kamis, 28 November 2013.
Paloh pun membandingkan situasi Indonesia di zaman Orde Lama dan Orde Baru. Menurut dia, meskipun kedua rezim ini memiliki kelemahan-kelemahan tertentu, tetapi masing-masing memiliki kelebihan untuk pembangunan bangsa.
Orde Lama, kata dia, melahirkan gagasan bernama Trisakti atau kemandirian bangsa. Orde Baru melahirkan Trilogi Pembangunan yang mengedepankan ekonomi.
"Tapi reformasi melahirkan rezim triomacan," ujar Paloh. Yang dimaksud triomacan oleh Surya Paloh merujuk kepada sebuah akun anonim di media sosial yang kerap mencuit kabar tentang dunia politik Tanah Air. "Fitnah, sirik, dengki, khianat menjadikan negara kita superdemokrasi."
Paloh menambahkan, fenomena reformasi yang seharusnya membawa bangsa ke arah yang lebih baik malah menunjukkan negara tidak punya visi berpolitik. Negeri yang bebas kolusi, korupsi, dan nepotisme hanya slogan reformasi saja. "Tapi malah intrik, skeptisme, patrialisme yang terlihat."
Ia pun pesimistis Inddonesia mampu berkompetisi dengan negara lain dalam kemajuan politik. "Saya berani mengatakan Indonesia tidak berdaya, tidak lagi mengedepankan rasionalitas dan nurani," ucap dia.
Sumber: tempo.co
"Akibatnya, semua ingin menjadi presiden di negeri ini," ujar Paloh saat menjadi pembicara dalam seminar "Tantangan Kepemimpinan Menjadi Bangsa Pemenang" di kampus Universitas Indonesia, Selemba, Jakarta pusat, Kamis, 28 November 2013.
Paloh pun membandingkan situasi Indonesia di zaman Orde Lama dan Orde Baru. Menurut dia, meskipun kedua rezim ini memiliki kelemahan-kelemahan tertentu, tetapi masing-masing memiliki kelebihan untuk pembangunan bangsa.
Orde Lama, kata dia, melahirkan gagasan bernama Trisakti atau kemandirian bangsa. Orde Baru melahirkan Trilogi Pembangunan yang mengedepankan ekonomi.
"Tapi reformasi melahirkan rezim triomacan," ujar Paloh. Yang dimaksud triomacan oleh Surya Paloh merujuk kepada sebuah akun anonim di media sosial yang kerap mencuit kabar tentang dunia politik Tanah Air. "Fitnah, sirik, dengki, khianat menjadikan negara kita superdemokrasi."
Paloh menambahkan, fenomena reformasi yang seharusnya membawa bangsa ke arah yang lebih baik malah menunjukkan negara tidak punya visi berpolitik. Negeri yang bebas kolusi, korupsi, dan nepotisme hanya slogan reformasi saja. "Tapi malah intrik, skeptisme, patrialisme yang terlihat."
Ia pun pesimistis Inddonesia mampu berkompetisi dengan negara lain dalam kemajuan politik. "Saya berani mengatakan Indonesia tidak berdaya, tidak lagi mengedepankan rasionalitas dan nurani," ucap dia.
Sumber: tempo.co
EmoticonEmoticon