15 Nov 2013

Berhentilah Memaki Malik Mahmud

Malik mahmud Al-Haytar, Pemangku Wali Nanggroe (WN) Aceh
Oleh Muhajir Juli

"Bersikaplah dewasa. Menghujat PA, Malik Mahmud, Irwandi, PNA dan siapapun yang lain, tidak akan menambah PAD Aceh. Tidak akan menghasilkan gunung emas yang tinggi. Serta tidak akan melahirkan anak-anak lembu yang akan memenuhi kandang masyarakat,"

Akhir-akhir ini semakin kentara saja berbagai kalangan memaki Yang Mulia Pemangku Wali Nanggroe Aceh (YMPWNA) Malik mahmud Al-Haytar. Bahkan kata-kata yang tidak pantas sudah mulai sering mengalir seiring dengan semakin lancarnya cacian kepada salah seorang mantan pembesar Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu.

Anehnya, walaupun semakin dicaci, semakin dihina dan semakin dihujat (ketiga kata itu bermakna sama) kedudukan Malik Mahmud sebagai pemangku Wali Nanggroe (WN) Aceh tetap tidak tergoyahkan. Bahkan semakin hari para pembelanya juga semakin banyak.

Aceh 2013 adalah Aceh yang penuh dengan dinamika. Berbagai gerakan politik lahir seiring dengan semakin dekatnya pesta demokrasi se- Indonesia yang bernama Pemilu 2014. Berbagai macam pola mainan politik dimainkan. Ibarat negeri perang, Aceh setiap hari punya dinamika tersendiri.

Berbagai kalangan mempertanyakan keabsahan Malik Mahmud sebagai WN. Pihak yang lain mengait-kaitkan dirinya dengan pengkhianatan di tubuh GAM. Bahkan dia dituding sebagai dalang dari serangkaian pembunuhan terhadap tokoh Aceh dan GAM.

Sedangkan suara yang lain, memaki Malik Mahmud dan kelompoknya (Partai Aceh, pen) sebagai gerombolan yang anti demokrasi dan suka kekerasan. Bahkan mereka diklaim sebagai kelompok yang medefinisikan demokrasi dengan cara mereka sendiri, yang sering disebut sebagai Demokrasi Preman Aceh (DPA) -singkatan itu adalah istilah saya pribadi-.

Suara yang serba anti ini, kemudian disahuti oleh orang-orang luar Aceh-malah banyak yang non bangsa Aceh- dengan sentimen-sentimen lain, yang bila kita dengar sungguh tidak mengenakkan.

Mereka berkata “Rasakan. Dulu kalian memaki NKRI, sekarang kalian memaki GAM. Kan udah kubilang, mereka itu penjahat. Kriminal,” dan orang luar yang sering memaki itu –menurut amatan saya- adalah mereka yang pernah berdarah tangannya di masa konflik Aceh.

Aceh Harus Bersatu

Fenomena diatas adalah petaka bagi Aceh. Banyak dugaan, bahwa politik devide et impera sedang berjalan lancar di bumi Seuramoe Meukkah. Antara sesama anak bangsa sedang diadu. Dan pemain intinya kita tidak tahu siapa.

Untuk itu sebagai bagian komponen bangsa ini, saya punya tanggung jawab untuk mengingatkan kepada kita semua, agar jangan terjebak dengan politik pecah belah.

Masalah Malik Mahmud tidaklah perlu diperpanjang. Hanya akan menghabiskan energi. Sebagai bagian dari institusi yang lahir dari proses politik, pengukuhan dirinya itu tidak bisa dielakkan dari  politik. 

Tentu bagi mereka yang menang dalam politik, yang akan ditempatkan adalah tokoh-tokohnya. Dinamika ini tidak bisa dihindari. Saya kira semua kelompok  politik juga akan berlaku demikian bila memenangkan sebuah peperangan (politik). Jadi lumrah bila kemudian PA menempatkan Malik sebagai WN. Toh bagi PA dia dianggap layak.

Kalau kita mau serius ingin Aceh ini baik dan sejahtera. Yang perlu kita kawal adalah penggunaan anggaran rakyat. Baik yang diberikan kepada WN (dalam hal ini Malik Mahmud) maupun kepada sektor lain.

Para pendukung Partai Nasional Aceh (PNA) dan PA sudah waktunya untuk saling menghargai. Jangan lagi saling hasut dan cela. Hilangkan stigma pengkhianat dan perampok. Sebab itu tidak akan membawa keuntungan bagi siapapun.

Bersikaplah dewasa. Menghujat PA, Malik Mahmud, Irwandi, PNA dan siapapun yang lain, tidak akan menambah PAD Aceh. Tidak akan menghasilkan gunung emas yang tinggi. Serta tidak akan melahirkan anak-anak lembu yang akan memenuhi kandang masyarakat.

Masih banyak pekerjaaan rumah yang belum selesai. Misalnya tentang kewenangan Aceh yang diatur dalam MoU Helnsiki dan UU Nomor 11 tahun 2006 Tentang pemerintahan Aceh. Juga masalah KKR Aceh. Serta masalah-masalah lain.

Kemiskinan belum hilang. Penduduk masih banyak yang menganggur. Rakyat masih bodoh. Serta indutri belum berjalan sama sekali di Aceh. Sedangkan hasil pertanian belum kunjung naik harga. 

Mimpi untuk memajukan Aceh tidak akan pernah terwujud seandainya hasut, dengki, fitnah dan segala macam perbuatan jelek itu masih mendarah daging di hati kita.

Untuk Aceh yang lebih baik, marilah kita bersatu. Mari berhenti menuding tanpa bukti. Jangan mau dikotak-kotakkan oleh definisi organisasi. Sebab pengkotakan hanya akan melahirkan kejumudan dan merasa diri paling benar.

Yang harus kita catat, perpecahan anak bangsa hanya akan menguntungkan kapitalisme dan para penjahat yang sedang berupaya membuat aceh kembali tenggelam. Kita tidak tahu dimana mereka bersemai. Apakah di Parnas, parlok, kampus, instansi pemerintah, militer, pusat pendidikan agama, LSM ?dsb.

Sebagai akhir tulisan, saya hanya menghimbau, mencaci maki Malik Mahmud tidak akan melahirkan keuntungan apapun. Biarkan dia ada dan menjadi WN. Toh lahirnya WN Aceh tidak akan membuat sejarah rusak. Sejarah tetap akan mencatat bila mantan juru runding itu bukankah WN yang serupa dengan Aceh tempo dulu.

Sekali lagi saya sampaikan, lembaga WN ini lahir sebagai konsensus dari perjanjian damai di Helsinki antara GAM dan RI. Pemilihan Malik mahmud adalah akibat dari menangnya PA dalam tarung politik. Jadi berhentilah berdebat yang tidak perlu, Mari kita kawal agar anggaran yang diplot, baik untuk WN maupun untuk kegiatan lain, tidaklah merusak rasa keadilan bagi rakyat. []

Sumber: http://jambomuhajir.blogspot.com/

Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)